Makanan pedas adalah salah satu makanan yang sangat diminati orang, khususnya kaum milenial. Mulai dari asin, manis hingga gurih masyarakat Indonesia tidak luput dari yang namanya pedas. Pedas sebenarnya bukan sebuah rasa melainkan suatu sensasi panas dan terbakar yang dirasakan saraf lidah (papila). Sensasi pedas ini berasal dari zat yang disebut dengan capsaicin yang dapat kita temui pada biji cabai.
Penting nan Populer
Rendang, Arsik, Dendeng Balado memerlukan cabai sebagai bahan tambahan rasa pedas pada masakan.
Tak lengkap rasanya jika memakan makanan tanpa sensasi pedas. Selain rasanya, warna pada cabai pun juga membuat masakan lebih menarik dan menggugah selera.
Bukan tanpa alasan buah yang berbentuk memanjang ini sebagai bahan masakan paling penting di dapur. Mulai dari sensasi pedas yang dihasilkan membuat orang ketagihan, hingga manfaatnya yang melancarkan pencernaan, menghilangkan stress, dan meningkatkan kinerja otak yang membuatnya populer sampai saat ini.
Karena kepopulerannya itu Indonesia sampai mengalami krisis cabai. Bagaimana bisa? Bukankah cabai salah satu tanaman yang mudah untuk ditanam?
Permasalahan Pasokan Cabai
Terganggunya produksi yang disebabkan oleh hama dan musim hujan yang berkelanjutan. Permintaan konsumen pun seketika meningkat terutama beberapa restoran-restoran besar bahkan setiap ibu rumah tangga yang meningkat 9,94% menjadi 490,83 ribu ton.
Inilah yang mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan cabai. Cabai keriting adalah salah satu jenis cabai yang paling populer untuk dibudayakan oleh petani Indonesia.
Harga jual yang tinggi serta permintaan terhadap cabai ini cenderung meningkat setiap tahunnya. Ia juga dapat tumbuh dengan suburnya di beberapa daerah Nusantara.
Tak hanya itu, ternyata Indonesia juga negara pengekspor cabai. Namun, cabai yang dihasilkan tidak cukup segar dan masih kecil yang membuat persaingan dagang menurun.
Harga jual didalam negeri pun cukup tidak stabil. Jika dilihat pada tahun 2021 dimana hasil produksi cabai merah sendiri mencapai 96,38 ribu ton (7.72%) dibanding tahun sebelumnya dan terus meningkat seiiring bertambahnya tahun.
Solusi
Indonesia sendiri khususnya Sumut, sampai-sampai dihimbau oleh Gubernur untuk menanam cabai di pekarangan rumah untuk mengatasi krisis cabai dan bahan pangan lainnya. Hal ini disebabkan para tengkulak yang membuat stok surplus terbatas di pasar-pasar tradisional.
Selain cara penanaman yang cukup mudah, menanam cabai dan sayuran penting lainnya pun sangat berdampak besar bagi masyarakat. Diantaranya, menghemat pengeluaran rumah tangga hingga dapat mengurangi krisis pangan yang terjadi di negeri nan subur ini.
Dampak yang dialami tubuh kita jika terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi cabai pun cukup serius. Mulai dari penyakit pencernaan seperti usus, maag hingga asam lambung yang naik.
Lalu, apakah dengan semua itu krisis pangan dalam hal ini cabai akan usai? Itu tergantung anda bagaimana menyikapi permasalan-permasalan kecil ini***Gadiza Sahgira
